Suatu saat di pengadilan Qasim, berdirilah seorang pria
bernama Hizan al Fuhaidi dengan air mata yang bercucuran sampai membasahi
janggutnya. Kenapa? Karena saudara kandungnya telah memenangkan perkara dalam
pengadilan tersebut. Perseteruan kepada saudara kandungnya tersebut bukanlah tentang
tanah ataupun warisan yang mereka saling perebutkan, melainkan tentang hak
terkait perawatan Ibunya yang sudah tua renta dan bahkan hanya memakai sebuah
cincin timah di jarinya yang telah keriput dimakan usia. Seumur hidupnya,
beliau tinggal dengan Hizan.
Tatkala beliau telah lanjut usia, adiknya yang tinggal di kota lain datang untuk mengambil Ibunya agar tinggal bersamanya, dengan alasan fasilitas kesehatan di kota jauh lebih lengkap daripada di desa. Namun Hizan menolak dengan alasan selama ini ia mampu untuk menjaga dan merawat Ibunya. Karena tidak menemukan jalan damai maka perselisihan mereka ini akhirnya dibawa pengadilan, Sidang demi sidang dilalui, hingga sang hakim pun meminta agar sang Ibu dihadirkan di majelis persidangan.
Kedua bersaudara ini membopong Ibunya yang sudah tua renta ke
kursi pengadilan. Sang Hakim bertanya kepada Ibu. “Siapa yang lebih berhak
tinggal bersamamu wahai Ibu?” Sang Ibu memahami pertanyaan sang hakim, ia pun menjawab,
sambil menunjuk arah Hizan. Sang Ibu berkata "Ini mata kananku!"
kemudian menunjuk ke adiknya sambil berkata, "Ini mata kiriku!”. Sang
Hakim berfikir sejenak kemudian memutuskan hak kepada adik Hizan, berdasarkan
kemaslahatan bagi si Ibu.
Betapa mulia air mata yg dikucurkan oleh Hizan!! Air mata
penyesalan karena tidak bisa memelihara ibunya tatkala beliau telah menginjak usia
lanjut. Dan, betapa terhormat dan agungnya sang Ibu yang diperebutkan oleh
anak-nya hingga seperti ini. Andaikata kita bisa memahami, bagaimana sang Ibu
mendidik kedua putranya hingga ia menjadi ratu dan mutiara termahal bagi
anak-anaknya.
"Ya ALLAH, Tuhan kami. Anugerahkan kepada kami keridhoan
Ibu kami dan berilah kami kekuatan agar selalu bisa berbhakti kepadanya."
Aaamiiinn.
No comments:
Post a Comment