Berikut beberapa penulis yang sudah menulis novel dengan gaya penulisannya masing-masing menurut jadiberita.com
2. HIPERBOLIK PARODI – ANDREA HIRATA
Beberapa tahun lalu masyarakat pembaca buku Indonesia digegerkan dengan lahirnya novel ‘Laskar Pelangi’ atau disingkat LP. Novel karya Andre Hirata ini menyuguhkan kalimat-kalimat deskriptif yang mengumbar kalimat dan pencitraaan yang hiperbolis. Contohnya tentang teman kecilnya, Lintang yang digambarkan sangat pandai berhitung dan calon profesor matematika pertama dari Belitong.
3. ISLAMI – ASMA NADIA
Sedikit subjektif memang jika menilik pernyataan di atas. Namun dengan jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas muslim maka tak menjadikan keheranan pula jika novel islami macam penulis Asma Nadia, Habiburrahman El-Shirazy dan Salim A Fillah tenar di kalangan pembaca. Mereka umumnya memiliki penggemar dari pembaca muslim.
4. RINGAN – DEWI LESTARI
Dee. Nama pena dari Dewi Lestari. Melalui novelnya ‘Perahu Kertas’ yang meledak beberapa tahun lalu, Dee menulis dengan gaya bahasanya sendiri. Sederhana dan ringan untuk dibaca berbagai kalangan. Bahasanya mengalir namun tak asal jadi dan tidak terlalu berat juga untuk pembaca pemula.
Saya sendiri merasa masih susah untuk rajin menulis, masalah utama yaitu malas. Ayo semangat! Menulis melawan lupa.
“Jika kita berupaya sekuat tenaga menemukan sesuatu, dan pada titik akhir upaya itu hasilnya masih nihil, maka sebenarnya kita telah menemukan yang kita cari dalam diri kita sendiri, yakni kenyataan, kenyataan yang harus dihadapi sepahit apapun keadaanya.”
― Andrea Hirata
1. ASAL CEPLOS – RADITYA DIKA
Gaya penulisan asal ceplos dan apa adanya ini dipopulerkan oleh Raditya Dika. Berawal dari sebuah blog yang isinya tentang kehidupan sehari-harinya Bang Radit (panggilan akrab Raditya Dika) yang mengisahkan kekonyolan dan ditulis dalam bahasa apa adanya asal ceplos. Blog ini akhirnya dijadikan buku dan menjadikan pelecut bagi penulis-penulis lainnya untuk mengikuti gaya tulisan Bang Radit- Asal ceplos.
Gaya penulisan asal ceplos dan apa adanya ini dipopulerkan oleh Raditya Dika. Berawal dari sebuah blog yang isinya tentang kehidupan sehari-harinya Bang Radit (panggilan akrab Raditya Dika) yang mengisahkan kekonyolan dan ditulis dalam bahasa apa adanya asal ceplos. Blog ini akhirnya dijadikan buku dan menjadikan pelecut bagi penulis-penulis lainnya untuk mengikuti gaya tulisan Bang Radit- Asal ceplos.
2. HIPERBOLIK PARODI – ANDREA HIRATA
Beberapa tahun lalu masyarakat pembaca buku Indonesia digegerkan dengan lahirnya novel ‘Laskar Pelangi’ atau disingkat LP. Novel karya Andre Hirata ini menyuguhkan kalimat-kalimat deskriptif yang mengumbar kalimat dan pencitraaan yang hiperbolis. Contohnya tentang teman kecilnya, Lintang yang digambarkan sangat pandai berhitung dan calon profesor matematika pertama dari Belitong.
3. ISLAMI – ASMA NADIA
Sedikit subjektif memang jika menilik pernyataan di atas. Namun dengan jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas muslim maka tak menjadikan keheranan pula jika novel islami macam penulis Asma Nadia, Habiburrahman El-Shirazy dan Salim A Fillah tenar di kalangan pembaca. Mereka umumnya memiliki penggemar dari pembaca muslim.
4. RINGAN – DEWI LESTARI
Dee. Nama pena dari Dewi Lestari. Melalui novelnya ‘Perahu Kertas’ yang meledak beberapa tahun lalu, Dee menulis dengan gaya bahasanya sendiri. Sederhana dan ringan untuk dibaca berbagai kalangan. Bahasanya mengalir namun tak asal jadi dan tidak terlalu berat juga untuk pembaca pemula.
“Jika kita berupaya sekuat tenaga menemukan sesuatu, dan pada titik akhir upaya itu hasilnya masih nihil, maka sebenarnya kita telah menemukan yang kita cari dalam diri kita sendiri, yakni kenyataan, kenyataan yang harus dihadapi sepahit apapun keadaanya.”
― Andrea Hirata