Swara Muslim

Berbuat kebaikan walau hanya sekecil biji zarah

Responsive Ads Here

Friday, 12 June 2015

Surga Istri

Sebuah Kisah Mulia 
Cerita yang sangat menyentuh

Pagi-pagi sekali, Sarah mengetuk pintu rumah Orang Tuanya. Ia menggendong anaknya & membawa satu tas besar di tangan kanannya. Dari matanya yang sembab & merah, ibunya sudah tahu Sarah pasti bertengkar lagi dengan Rafi suaminya. Meski heran, karena biasanya Sarah hanya sebatas menelpon sambil menangis jika bertengkar dengan Rafi. Ayah Sarah yang juga keheranan, segera menghampiri Sarah & menanyakan masalahnya. Sarah mulai menceritakan awal pertengkarannya dengan Rafi tadi malam.

Sarah kecewa karena Rafi telah membohongi Sarah selama ini.Sarah menemukan buku rekening Rafi terjatuh di dalam mobil. Sarah baru tahu, Rafi selalu menarik sejumlah uang setiap bulan, di tanggal yang sama. Sementara Sarah tahu, uang yang Sarah terimapun sejumlah uang yang sama. Berarti sudah 1 tahun lebih, Rafi membagi uangnya, setengah untuk Sarah, setengah untuk yang lain. Jangan-jangan ada wanita lain??

Ayah Sarah hanya menghela nafas, wajah bijaksananya tidak menampakkan rasa kaget ataupun marah. "Sarah..., yang pertama langkahmu datang kerumah ayah sudah dilaknat Allah & para malaikat karen meninggalkan rumah tanpa izin suamimu" kalimat ayah sontak membuat Sarah kebingungan. Sarah mengira ia akan mendapat dukungan dari ayahnya.

"Yang kedua, mengenai uang suamimu kamu tidak berhak mengetahuinya. Hakmu hanyalah uang yang diberikan suamimu ke tanganmu. Itupun untuk kebutuhan rumah tangga. Jika kamu membelanjakan uang itu tanpa izin suamimu, meskipun itu untuk sedekah, itu tak boleh". Lanjut ayahnya.

"Sarah.., Rafi menelfon ayah & mengatakan bahwa sebenarnya uang itu memang di berikan setiap bulan untuk seorang wanita. Rafi tidak menceritakannya padamu, karena kamu tidak suka wanita itu sejak lama. Kamu sudah mengenalnya & kamu merasa setelah menikah dengan Rafi maka hanya kamulah wanita yang dimilikinya".

"Rafi meminta maaf kepada ayah karena ia hanya berusaha menghindari pertengkaran denganmu. Ayah mengerti karena ayahpun sudah mengenal watakmu" mata ayah mulai berkaca - kaca.

"Sarah..., kamu harus tahu, setelah kamu menikah maka yang wajib kamu taati adalah suamimu. Jika suamimu ridho padamu, maka Allah pun Ridho. Sedangkan suamimu, ia wajib taat kepada ibunya. Begitulah Allah mengatur laki - laki untuk taat kepada ibunya.
Jangan sampai kamu, menjadi penghalang bakti suamimu kepada ibundanya".
"Suamimu, dan harta suamimu milik ibunya".
Ayah mengatakan itu dengan tangis. Air matanya semakin banyak membasahi pipinya.

Seorang ibu, melahirkan anaknya dengan susah payah & kesakitan. Kemudian ia membesarkannya hingga dewasa. Sampai anak laki - lakinya menikah, ia melepasnya begitu saja. Anak laki - laki itu akan sibuk dengan kehidupan barunya. Bekerja untuk keluarga barunya. Mengerahkan seluruh hidupnya untuk istri & anak - anaknya.
Anak laki-laki itu hanya menyisakan sedikit waktu untuk sesekali berjumpa dengan ibunya. Satu bulan sekali, atau bahkan hanya 1 tahun sekali.

"Kamu yang sejak awal menikah tidak suka dengan ibu mertuamu. Kenapa? Karena rumahnya kecil dan sempit? Sehingga kamu merajuk kepada suamimu bahwa kamu tidak bisa tidur disana. Anak - anakmu pun tidak akan betah disana. Sarah.., mendengar ini ayah sakit sekali".

"Lalu, jika kamu saja merasa tidak nyaman tidur disana. Bagaimana dengan ibu mertuamu yang dibiarkan saja untuk tinggal disana?" 
"Uang itu diberikan untuk ibunya. Rafi ingin ayahnya berhenti berkeliling menjual gorengan. Dari uang itu ibunda Rafi hanya memakainya secukupnya saja, selebihnya secara rutin dibagikan ke anak-anak yatim dan orang-orang tidak mampu di kampungnya. Bahkan masih cukup untuk menggaji seorang guru ngaji di kampung itu" lanjut ayah.

Sarah membatin dalam hatinya, uang yang di berikan Rafi sering dikeluhkannya kurang. Karena Sarah butuh banyak pakaian untuk mengantar jemput anaknya sekolah. Sarah juga sangat menjaga penampilannya untuk merawat wajah dan tubuhnya di spa. Berjalan - jalan setiap minggu. Juga berkumpul sesekali dengan teman-temannya di restoran.

Sarah menyesali sikapnya yang tak ingin dekat-dekat dengan mertuanya yang hanya seorang tukang gorengan. Tukang gorengan yg berhasil menjadikan Rafi seorang sarjana, mendapatkan pekerjaan yang diidamkan banyak orang. Berhasil mandiri, hingga Sarah bisa menempati rumah yang nyaman dan mobil yang bisa ia gunakan setiap hari.
"Ayaaah, maafkan Sarah", tangis sarah meledak.

Ibunda Sarah yang sejak tadi duduk disamping Sarah segera memeluk Sarah.
"Sarah, kembalilah ke rumah suamimu. Ia orang baik. Bantulah suamimu berbakti kepada orang tuanya. Bantu suamimu menggapai surganya dan dengan sendirinya, ketaatanmu kepada suamimu bisa menghantarkanmu ke surga". Ibunda sarah membisikkan kalimat itu ke telinga Sarah.

Sarah hanya menjawabnya dengan anggukan, ia menahan tangisnya. Batinnya sakit, menyesali sikapnya. Namun Sarah berjanji dalam hatinya, untuk menjadi istri yang taat pada suaminya...
InsyaaAllah...

No comments: