“Dan
adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari
keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)”
(An-Nazi’at: 40-41).
Menurut
Imam Ghazali, sesungguhnya manusia adalah makhluk yang sangat lemah, mudah
terombang-ambing serta sering tertipu oleh hiruk pikuk kehidupan duniawi dan
sering dikuasai oleh nafsunya. Nafsu inilah yang bisa menjerumuskan manusia ke
lubang kehancuran. Karena itu, menurut Imam Ghazali sebagaimana ditulis
dalam Ihya’ Ulumiddin, ada tiga hal yang dapat menyelamatkan manusia agar
selamat dan terhindar dari bujuk rayu nafsu. Yaitu: akal, ilmu, dan
ma’rifat.
1. Akal
Pentingnya
akal bagi manusia sampai-sampai Nabi Muhammad Rasulullah SAW pernah bersabda
dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Darda’: “Bahwa jika ada dua orang
lelaki yang sama-sama amal perbuatannya, kebaikannya, puasa dan shalatnya,
maka, kata Nabi, mana di antara keduanya yang lebih baik akalnya”. Maksud
hadits tersebut ialah amal sholeh seorang bisa sama dengan yang lain, tapi
akalnya pasti berbeda. Perbedaan akal itu yang menentukan tinggi dan rendahnya
derajat kemanusiaannya. Dengan demikian, akal merupakan nikmat tersendiri bagi
manusia. Karena itu sungguh sayang jika dalam hidupnya manusia tidak
menggunakan dan memanfaatkan nikmat tersebut sebaik-baiknya.
2. Ilmu
Selain
akal, manusia dibekali ilmu agar bisa menjalankan hidup yang bermartabat. Apa
yang dimaksudkan dengan ilmu ialah seperangkat pengetahuan yang dipakai manusia
untuk menempuh jalan kehidupan untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah,
bukan sebaliknya menjadi jauh dari Allah. Sehebat apapun keilmuan seseorang toh
belum mampu mengungkap misteri di balik semua penciptaan Allah. Perhatikan saja
bagaimana para astronom selalu penasaran dengan benda-benda di ruang angkasa.
Sebab, setiap ada penemuan baru selalu diikuti dengan fenomena baru yang
menantang mereka untuk terus melakukan penyeledikan ilmiah. Di bidang-bidang
yang lain juga terjadi fenomena yang sama.
3. Ma’rifat
Selain
akal dan ilmu, menurut Imam Ghazali ada satu prasyarat agar manusia tidak
tertipu dalam hidupnya, yaitu ma’rifat. Yang dimaksudkan dengan ma’rifat adalah
kemampuan untuk mengenal empat hal: dirinya sendiri, Tuhannya, dunia, dan
akhirat.
Mengenal kehidupan
akhirat menjadikan manusia cinta beramal sholeh dan berbuat kebajikan serta
tumbuh rasa cinta kepada Tuhannya. Imam Ghazali tidak menggunakan istilah
takut, tetapi cinta kepada Tuhan. Sebab, rasa takut akan berakibat seseorang
menjauh. Tetapi rasa cinta menjadikan manusia selalu ingin dekat dengan
Tuhannya. Manusia yang tekun beribadah dalam pandangan Imam Ghazali berarti
berkobar rasa cintanya pada sang pencipta, Allah swt. Semakin manusia cinta
kepada Tuhannya, semakin dia ingin selalu dekat kepadaNya. dan, sebaliknya.